kirimanpublik
Sayaakan berbicara lagi persoalan tentang Waliyullah (bil-khusus min Saadah Alawiyyin), boleh jadi ada dari ikhwan yang bertanya-tanya, kenapa saya ini sering berbicara tentang prilakunya para Auliyaillah? Ini lantaran saya melihat di negera tentangga (Malaysia), para Habaib di sana sedang diuji Alllahu ta'ala dengan banyaknya siaran berita-berita fitnah dari orang-orang yang tidak suka dengan sepak terjang dakwah para Habaib. Ketahuilah, kami (Habaib) bukanlah Syiah, Aqidah para Habaib adalah Ahlussunnah wal-Jamaah, bermanhaj Asyariyah atau Maturidiyah, mengikuti dari salah satu Imam Mazhahibul-Arba'ah (yakni, Syafi'iyyah), dan tariqat kami adalah Tasawuf atau Sufiyyah. Hal ini rasanya perlu saya sampaikan, agar kita (masyarakat yang ada di Indonesia) tidak terpengaruh dengan propaganda orang-orang yang ingin merusak hubungan harmonis (antara habaib, muhibbin, nahdiyyin) yang sudah lama terjalin.
Ada satu Wali Kabir wa Kasyif, beliau bernama Alhabib Husein ibn Muhammad al-Haddad (saat itu beliau tinggal di kota Jombang).
Suatu ketika anaknya (Alhabib Idrus ibn Husein ibn Muhammad al-Haddad) yang berada di kota Solo mengirimkan surat kepada ayahandanya tersebut. Isi suratnya berbunyi, "Ilaa hadhrotil-walid al-Arifbillah Husein ibn Muhammad al-Haddad." (Kalau kita disebut-sebut sebagai Arifbillah kadang-kadang kita ini merasa senang/farhan, padahal kita tidak tau apa itu sebenarnya Arifbillah).
Ketika surat itu sampai ditangan Alhabib Husein al-Haddad, anaknya (Alhabib Idrus al-Haddad) langsung dipanggil menemui ayahnya tersebut. Ketika Alhabib Idrus ini sampai di kota Jombang dan bertemu kepada ayahnya, kemudian Alhabib Husein berkata kepada anaknya, "Ente tau dari mana kalau ana ini Arifbillah? Apa ente ini seorang wali? Ma ya'riful-wali ilal-wali, kama la ya'riful-jauhara ilal-jauhari (Tidak ada yang tau wali kecuali seorang wali, sebagaimana tidak tau permata kecuali ahli permata)." Dilanjutkan lagi oleh Alhabib Husein, "Apakah ente ini wali? Kalau ente ini bukan wali lalu apakah ente ini dapat wahyu? Atau datang kepada ente Malaikat menyatakan ana ini Arifbillah?
Hati-hatilah nak, semua yang engkau tulis itu juga harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah sebagaimana yang engkau ucapkan!! Kalau ente belum sampai ke maqam itu, janganlah berani-berani engkau ucapkan."
MasyaAllah Tabarakallah!! Begitu tawadhunya prlikau Alhabib Husein ibn Muhammad al-Haddad, semoga prilaku beliau tersebut dapat kita contohi, dapat kita teladani, agar dalam kehidupan keseharian kita senantiasa untuk berprilaku tawadhu, khudu', rendah hati meskipun kita ini dinilai telah mencapai kedudukan yang tertinggi, mencapai sebuah prestasi, atau pula mencapai kesuksesan. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. []
follow twitter @muhsinbsy/@penerbitlayar
21 Safar 1437 H/ 2 Desember 2015 M
No comments:
Post a Comment