kirimanpublik
JAKARTA (wartamerdeka.info) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan semua kader dan simpatisan Partai Golkar wajib hukumnya selalu membawa misi besar memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Selain, merawat dan menghormati perbedaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga, Partai Golkar bisa tetap utuh menjadi Rumah Besar Kebangsaan, menjadi penyangga keutuhan NKRI.
"Sepanjang sejarah Indonesia, Keluarga Besar Eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang terdiri dari SOKSI, KOSGORO 1957 dan MKGR telah membaktikan diri sebagai benteng utama penjaga Pancasila dan UUD 1945. Selain juga berperan sebagai wadah berhimpun masyarakat untuk mempersembahkan karya nyata guna menunjang terciptanya kesejahteraan rakyat sesuai dengan cita-cita Proklamasi 1945," ujar Bamsoet saat menjadi Keynote Speaker Diskusi Publik 'Merawat Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan', di Jakarta, Jumat (20/9/19).
Hadir sebagai pembicara lain Prof. Dr. Salim Said, Prof. Effendi Ghazali dan DR. M. Qodari.
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini mengapresiasi eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang hingga kini masih terus dirasakan sepak terjangnya dalam setiap perhelatan politik penyelenggaraan pemilihan umum, maupun penyelenggaraan Musyawarah Nasional Partai Golkar. Khususnya sebagai kekuatan moral yang menjaga kesinambungan Partai Golkar sebagai penyalur aspirasi politik rakyat Indonesia yang berorientasi kepada karya dan kekaryaan.
"Tri Karya Partai Golkar terdiri dari tiga Ormas pendiri Partai Golkar. Yakni SOKSI yang didirikan pada 20 Mei 1960 oleh almarhum Mayjen (Purn) TNI Suhardiman; KOSGORO 1957 yang didirikan 10 November 1957 oleh almarhum Mayjen (Purn) TNI Mas Isman; dan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) yang didirikan almarhum Mayjen (Purn) TNI R.H. Sugandhi pada 3 Januari 1960. Setelah Bapak Suhardiman meninggal dunia pada tahun 2015, sejak saat itu hingga saat ini pengelolaan Eksponen Ormas Tri Karya diteruskan dan dipimpin oleh kader-kader yang masih setia menjaga komitmen bahwa Partai Golkar adalah pengawal ideologi kebangsaan. Ini sangat membanggakan," tutur Bamsoet.
Menghadapi suksesi kepemimpinan di Partai Golkar, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan Ketua Umum Partai Golkar mendatang haruslah seseorang yang mampu memegang teguh prinsip dan norma PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak Tercela). Seorang pemimpin juga tak boleh menutup ruang diskusi, serta harus selalu siap lapang hati menerima kritikan.
"Jika pemimpin partai sudah anti kritik, tak heran jika kader meminta dilakukan konsolidasi menyeluruh guna mengadakan penataan kelembagaan, serta melakukan reformasi internal untuk menyesuaikan diri dengan derap langkah perkembangan jaman. Salah satu bukti tertinggalnya Partai Golkar oleh roda zaman bisa dilihat dari sedikitnya millenial yang memilih Partai Golkar pada Pemilu 2019 lalu, lantaran mereka menilai Partai Golkar adalah partai jadul," ungkap Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini memandang sudah waktunya bagi Partai Golkar membuka pintu rumah menyambut hadirnya generasi millenial ke dalam proses distribusi dan alih kepemimpinan. Ini demi menjaga kesinambungan Partai Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan yang 'tidak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh panas'.
"Partai Golkar harus cerdik memanfaatkan bonus demografi yang dinikmati Indonesia. Terutama untuk memperluas penyebaran suara ke kalangan millenial yang jumlahnya mencapai 63 juta jiwa. Jika tidak bisa merangkul millenial dan malah tetap memilih menjadi partai jadul, jangan harap di Pemilu 2024 nanti Partai Golkar bisa berada di lima besar nasional," pungkas Bamsoet. (A)
JAKARTA (wartamerdeka.info) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan semua kader dan simpatisan Partai Golkar wajib hukumnya selalu membawa misi besar memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Selain, merawat dan menghormati perbedaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga, Partai Golkar bisa tetap utuh menjadi Rumah Besar Kebangsaan, menjadi penyangga keutuhan NKRI.
"Sepanjang sejarah Indonesia, Keluarga Besar Eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang terdiri dari SOKSI, KOSGORO 1957 dan MKGR telah membaktikan diri sebagai benteng utama penjaga Pancasila dan UUD 1945. Selain juga berperan sebagai wadah berhimpun masyarakat untuk mempersembahkan karya nyata guna menunjang terciptanya kesejahteraan rakyat sesuai dengan cita-cita Proklamasi 1945," ujar Bamsoet saat menjadi Keynote Speaker Diskusi Publik 'Merawat Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan', di Jakarta, Jumat (20/9/19).
Hadir sebagai pembicara lain Prof. Dr. Salim Said, Prof. Effendi Ghazali dan DR. M. Qodari.
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini mengapresiasi eksponen Ormas Tri Karya Golkar yang hingga kini masih terus dirasakan sepak terjangnya dalam setiap perhelatan politik penyelenggaraan pemilihan umum, maupun penyelenggaraan Musyawarah Nasional Partai Golkar. Khususnya sebagai kekuatan moral yang menjaga kesinambungan Partai Golkar sebagai penyalur aspirasi politik rakyat Indonesia yang berorientasi kepada karya dan kekaryaan.
"Tri Karya Partai Golkar terdiri dari tiga Ormas pendiri Partai Golkar. Yakni SOKSI yang didirikan pada 20 Mei 1960 oleh almarhum Mayjen (Purn) TNI Suhardiman; KOSGORO 1957 yang didirikan 10 November 1957 oleh almarhum Mayjen (Purn) TNI Mas Isman; dan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) yang didirikan almarhum Mayjen (Purn) TNI R.H. Sugandhi pada 3 Januari 1960. Setelah Bapak Suhardiman meninggal dunia pada tahun 2015, sejak saat itu hingga saat ini pengelolaan Eksponen Ormas Tri Karya diteruskan dan dipimpin oleh kader-kader yang masih setia menjaga komitmen bahwa Partai Golkar adalah pengawal ideologi kebangsaan. Ini sangat membanggakan," tutur Bamsoet.
Menghadapi suksesi kepemimpinan di Partai Golkar, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan Ketua Umum Partai Golkar mendatang haruslah seseorang yang mampu memegang teguh prinsip dan norma PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak Tercela). Seorang pemimpin juga tak boleh menutup ruang diskusi, serta harus selalu siap lapang hati menerima kritikan.
"Jika pemimpin partai sudah anti kritik, tak heran jika kader meminta dilakukan konsolidasi menyeluruh guna mengadakan penataan kelembagaan, serta melakukan reformasi internal untuk menyesuaikan diri dengan derap langkah perkembangan jaman. Salah satu bukti tertinggalnya Partai Golkar oleh roda zaman bisa dilihat dari sedikitnya millenial yang memilih Partai Golkar pada Pemilu 2019 lalu, lantaran mereka menilai Partai Golkar adalah partai jadul," ungkap Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini memandang sudah waktunya bagi Partai Golkar membuka pintu rumah menyambut hadirnya generasi millenial ke dalam proses distribusi dan alih kepemimpinan. Ini demi menjaga kesinambungan Partai Golkar sebagai Rumah Besar Kebangsaan yang 'tidak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh panas'.
"Partai Golkar harus cerdik memanfaatkan bonus demografi yang dinikmati Indonesia. Terutama untuk memperluas penyebaran suara ke kalangan millenial yang jumlahnya mencapai 63 juta jiwa. Jika tidak bisa merangkul millenial dan malah tetap memilih menjadi partai jadul, jangan harap di Pemilu 2024 nanti Partai Golkar bisa berada di lima besar nasional," pungkas Bamsoet. (A)
No comments:
Post a Comment