kirimanpublik
بَشِّرْ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه الترمذي و أبوا داود)
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid dengan cahaya sempurna kelak di Hari Kiamat.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Daud)
Dalam hadits di atas ada kata “al-Masyâ’în”, yaitu orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju ke masjid. Adapun yang dimaksud dengan orang yang berjalan di kegelapan ini, waktunya itu bisa Maghrib, Isya ataupun Subuh. Nah, di sini ada kisah menarik terkait keistimewaan “al-Masyâ’în” sebagaimana hadits yang uangkapkan di atas. Mudah-mudahan kisah ini ada manfaatnya bagi kita semua dan juga dapat memberikan suatu motivasi bagi diri kita untuk giat lagi pergi ke masjid, meski harus menempuh perjalanan nan jauh sekalipun.
Dikisahkan dahulu ada seorang yang sudah tua, dan ia adalah seorang yang ‘alim, shaleh dan sering pergi ke masjid. Pada zaman dahulu di kala malam hari, belum ada yang namanya lampu sorot atau senter. Jadi, ketika orang tua ini di malam hari melangkahkan kakinya menuju ke masjid, ia hanya berbekal dengan sebilah tongkat yang ia miliki. Kebetulan pada saat itu, malamnya turun hujan yang begitu deras, sehingga jalanan pun menjadi becek. Dan orang tua ini ingin berangkat ke masjid pada saat waktu menjelang Subuh, di mana ia ingin membukakan pintu masjid dan Tahajud di sana.
Ia pun melangkahkan kakinya ke masjid, hingga sampai dipertengahan jalan ia terpeleset hingga menyebabkan jubah yang ia pakai menjadi kotor sebab tanah yang becek tersebut. Lalu dalam benak hatinya ia berkata, “Kalau seperti ini kondisinya, saya tidak mungkin ke masjid?” Maka ia pun kembali ke rumah. Ketika sampai di rumah, ia pun membersihkan jubah yang kotor tersebut dan mengenakannya kembali meski masih basah. Kemudian, ia pergi lagi ke masjid dan sampai di tengah perjalanan ia pun terpeleset kembali di tempat yang sama. Katanya, “Ya Allah, tidak mungkin dalam kondisi seperti ini saya pergi ke masjid?” Maka ia pun pulang kembali, lalu mencopot gamisnya dan menyucinya lagi. Dan ia pun memakainya lagi meski dalam kondisi yang basah-basah.
Kemudian, ia pun berangkat kembali ke masjid, hingga dipertengahan jalan ia bertemu dengan satu orang yang tengah membawa lampu teplok/lampu minyak. Orang itu berkata kepadanya, “Saya tadi melihat, ketika Anda berangkat pergi ke masjid melewati jalan ini lalu terpeleset ya?” Kata si orang tua, “Iya benar.” Lalu orang itu pun menimpali, “Saya juga melihat dua kali Anda terpeleset.” Maka orang yang tak dikenal itu pun berkata lagi, “Ayo kalau begitu, ini saya bawa lampu minyak, saya tuntun Anda ke masjid.” Dan si orang tua pun mengatakan, “Alhamdulillah, baik sekali Anda ini.”
Hingga singkat cerita, orang yang tak dikenal tersebut pun menuntun si orang tua tadi itu pergi menuju ke masjid. Dan tatkala sampai di pintu masjid orang yang tak dikenal tersebut berkata, “Ini sudah sampai di masjid, silahkan Anda masuk?” Maka si orang tua itu pun menjawab, “Ayo sama-sama kita ke masjid?” Namun, orang itu justru berkata, “Saya tidak. Anda sendiri saja yang ke masjid.” Si orang tua menjadi terheran-heran, “Kenapa kamu ini tidak mau ke masjid? Kamu ini emangnya orang muslim atau orang kafir?” Maka orang itu pun berkata, “Saya adalah SYAITHAN.” Kagetlah si orang tua, “Ternyata kamu ini adalah syaitan, musuhnya Allahu ta’âlâ.”
Maka syaitan itu menjawab, “Iya, dan saya lah yang membuat jatuh/terpelesetnya kamu yang pertama. Dan di saat jatuhnya kamu yang pertama itu, saya berfikiran kalau kamu akan mengurungkan niatmu untuk menuju kembali ke masjid. Tetapi, kamu justru pulang dan tetap pergi kembali ke masjid. Maka ketahuilah, jalan pulang dan kembalinya tadi kamu menuju ke masjid, Allahu ta’âlâ telah mengampuni semua dosamu.” Masya Allah.
(Lanjut kata Syaitan … ) “Pada saat yang kedua pun demikian, kamu berjalan di tempat itu dan saya juga lah yang membuat kamu terjatuh. Tetapi, kamu pun tetap bersikeras (kukuh) untuk berangkat kembali menuju masjid. Maka ketahuilah, pada saat itu Allah menjanjikan kamu dan semua keluargamu diampuni segala dosannya oleh Allahu ta’âlâ. Maka, saya pun khawatir jika kamu jatuh yang ketiga. Bisa-bisa semua penduduk desa ini diampuni pula dosanya, hanya gara-gara kamu yang berjalan pergi ke masjid. Karena itulah, saya berbaik hati mau menuntun kamu pergi ke masjid dengan lampu teplok ini. Supaya Allahu ta’âlâ tidak mengampuni orang-orang satu desa ini, maka payah lah saya jika itu benar terjadi. Saya sudah mengganggu semua penduduk desa ini dan lalu diampuni begitu saja oleh Allah, lantaran hanya gara-gara satu orang yang berjalan menuju ke masjid.”
Masya Allah Tabarakallah, jadi inilah rahmatnya Allahu ta’âlâ bagi orang-orang yang berjalan menuju ke masjid dan kelak di Hari Kiamat ia pun akan mendapatkan cahaya dari Allahu ta’âlâ.
No comments:
Post a Comment