kirimanpublik
Ibnu Jauharî adalah seorang wali yang masyhur. Nasihatnya tersebar luas. Seorang lelaki yang mendengar nasihat-nasihatnya penasaran ingin mengunjunginya. Lelaki itu kemudian pergi ke negeri tempat Ibnu Jauharî tinggal.
Sesampainya di negeri itu ia langsung menuju madrasah tempat Ibnu Jauharî mengajar. Di sana ia menyaksikan seorang lelaki duduk di atas permadani yang indah dengan bantal-bantal yang empuk.
“Inikah Ibnu Jauharî yang wasiat dan nasihatnya tersebar luas ke seluruh penjuru negeri, tapi mengapa dia tenggelam dalam kehidupan keduniaan?” pikirnya dengan penuh kekecewaan.
Ketika keluar dari majelis Ibn Jauharî, ia bertemu dengan seorang wanita yang tampak kebingungan.
“Adakah yang dapat menolong aku?” teriak wanita itu.
“Apa yang terjadi denganmu?” tanya si lelaki.
“Aku memiliki seorang puteri cantik. Malam ini adalah malam pengantinnya, tapi ia kesurupan jin. Padahal sebelumnya aku telah banyak menolak lelaki yang meminangnya. Siapakah yang dapat mengeluarkan jin itu dari tubuhnya?” tanya si ibu.
“Aku akan mencoba mengeluarkan jin itu,” kata si lelaki.
Mereka berdua lalu mendatangi pengantin wanita. Si lelaki kemudian duduk membaca Qurân dengan tujuh bacaan. Setiap kali berganti bacaan, jin itu selalu menirukan.
“Hai lelaki, jangan kau sombongkan bacaanmu, aku belajar membaca Qurân dari Imâm ‘Alî bin Abî Thâlib karramallâhu wajhah,” ejek jin itu.
“Mengapa kau mengganggu wanita ini,” tanya si lelaki.
“Aku marah sekali padanya. Suatu hari aku bersama saudara-saudaraku ingin shalat di belakang Ibnu Jauharî yang kau remehkan itu. Di tengah jalan wanita ini menyiramku dengan najis. Saudara-saudaraku meneruskan perjalanan, sedang aku harus mencuci pakaianku sehingga aku terlambat shalat berjamaah. Hal itu benar-benar membuatku sangat sedih.”
“Apakah kau mencintai Ibnu Jauharî?”
“Ya.”
“Kalau begitu, dengan memandang kebesaran Syeikh Ibnu Jauharî, keluarlah kau dari tubuhnya!”
“Baiklah.”
Jin itu lalu keluar dari tubuh si pengantin wanita.
Kejadian ini menimbulkan keinginan di hati lelaki itu untuk sekali lagi mengunjungi Ibn Jauharî.
Melihat si lelaki datang mengunjunginya lagi, Ibn Jauharî berkata, “Hai lelaki, mengapa kau baru mempercayaiku setelah diyakinkan oleh jin!”
Tidak mengapa seseorang memiliki kekayaan di dunia, asalkan kekayaan itu tidak menguasai hatinya. Dunia hendaknya menjadi penolong seseorang untuk melakukan kebajikan.
Sesampainya di negeri itu ia langsung menuju madrasah tempat Ibnu Jauharî mengajar. Di sana ia menyaksikan seorang lelaki duduk di atas permadani yang indah dengan bantal-bantal yang empuk.
“Inikah Ibnu Jauharî yang wasiat dan nasihatnya tersebar luas ke seluruh penjuru negeri, tapi mengapa dia tenggelam dalam kehidupan keduniaan?” pikirnya dengan penuh kekecewaan.
Ketika keluar dari majelis Ibn Jauharî, ia bertemu dengan seorang wanita yang tampak kebingungan.
“Adakah yang dapat menolong aku?” teriak wanita itu.
“Apa yang terjadi denganmu?” tanya si lelaki.
“Aku memiliki seorang puteri cantik. Malam ini adalah malam pengantinnya, tapi ia kesurupan jin. Padahal sebelumnya aku telah banyak menolak lelaki yang meminangnya. Siapakah yang dapat mengeluarkan jin itu dari tubuhnya?” tanya si ibu.
“Aku akan mencoba mengeluarkan jin itu,” kata si lelaki.
Mereka berdua lalu mendatangi pengantin wanita. Si lelaki kemudian duduk membaca Qurân dengan tujuh bacaan. Setiap kali berganti bacaan, jin itu selalu menirukan.
“Hai lelaki, jangan kau sombongkan bacaanmu, aku belajar membaca Qurân dari Imâm ‘Alî bin Abî Thâlib karramallâhu wajhah,” ejek jin itu.
“Mengapa kau mengganggu wanita ini,” tanya si lelaki.
“Aku marah sekali padanya. Suatu hari aku bersama saudara-saudaraku ingin shalat di belakang Ibnu Jauharî yang kau remehkan itu. Di tengah jalan wanita ini menyiramku dengan najis. Saudara-saudaraku meneruskan perjalanan, sedang aku harus mencuci pakaianku sehingga aku terlambat shalat berjamaah. Hal itu benar-benar membuatku sangat sedih.”
“Apakah kau mencintai Ibnu Jauharî?”
“Ya.”
“Kalau begitu, dengan memandang kebesaran Syeikh Ibnu Jauharî, keluarlah kau dari tubuhnya!”
“Baiklah.”
Jin itu lalu keluar dari tubuh si pengantin wanita.
Kejadian ini menimbulkan keinginan di hati lelaki itu untuk sekali lagi mengunjungi Ibn Jauharî.
Melihat si lelaki datang mengunjunginya lagi, Ibn Jauharî berkata, “Hai lelaki, mengapa kau baru mempercayaiku setelah diyakinkan oleh jin!”
Tidak mengapa seseorang memiliki kekayaan di dunia, asalkan kekayaan itu tidak menguasai hatinya. Dunia hendaknya menjadi penolong seseorang untuk melakukan kebajikan.
No comments:
Post a Comment